Ketika Senyawa Kata
Kita Bicara
Salam Sastra
Sebagai orang yang baru
menapaki dunia kepenyairan, tentu luar biasa rasanya ketika ajakan dari founder
Titah Pena Hamba dan niat mulia dari Ersis Warmansyah Abbas untuk membukukan
karya-karya penggiat sastra di TPH, dan tak dipungkiri pula ada karya saya
terdaftar di dalamnya. Saya sungguh sangat bersyukur dan berterima kasih kepada
para penggagas tanpa terkecuali, karena dari merekalah lahir benih pergumulan
kita di TPH yaitu Senyawa Kata Kita.
Senyawa Kata Kita merupakan
sebuah nyawa yang di dalamnya hidup janin mulia dari para penggiat sastra agar
karya-karya sastra tumbuh dengan suburnya. Di dalamnya pula ada celoteh-celoteh
aneh seperti yang disampaikan Ersis Warmansyah Abbas, karya yang polos, jujur,
dan apa adanya. Saya pun mengakui keberadaan puisi saya sebagai wujud kepolosan
tersebut, khas anak usia dini yang ingin bercerita tentang dunianya sendiri.
Tumbuhnya SKK di
tengah-tengah kita merupakan wujud kecintaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan kepada sesama makhluk Tuhan yang saling mencinta, bercinta, dan menebar
cinta. Seperti yang disampaikan Abdul Malik “Cinta melahirkan syair dari rimbun
makna setia”. Namun, selayaknya kehidupan, SKK pun mengalami pergolakan yang
telah pula ditulis Alfikri Ilmi “Izinkan aku menempuh ribuan kilo jauh dari
pandanganmu, izinkan aku menjadi lelaki”. Tak sampai di situ saja, “Seorang bocah tidur di basah aspal, mimpi
yang tak kunjung ia kenal, terjungkal terpental, kehidupan kian banal” Renny
Sendra Wahyuni pun berhasil menyuarakan kegelisahannya akan kehidupan. Ah,
lengkap rupanya persenyawaan kita di dalam SKK. “Bolehlah berdebat,
membusungkan dada menghela belati, mengendus aroma kopi di pelataran nikmat,
mengarungi kefanaan ke keabadian, persenyawaan kita dalam kalam-Nya” begitulah
makna sebuah perjalanan Senyawa Kata Kita yang saya culik dari “Mengharungi
Tanda-TandaNya” karya Ersis Warmansyah Abbas.
Kekompleksitasan yang menaungi buah pikir para penggiat sastra ini lah
yang rupanya menjadikan Senyawa Kata kita sebagai sebuah pencerminan diri akan
realitas kehidupan. Kehidupan yang di dalamnya ada, kegelisahan, kepedihan,
kasih sayang, harapan, dan lain sebagainya.
Saya pun sepakat kepada
Puja Sutrisna bahwa penyair, siapa pun itu adalah pelita hati nurani zaman yang
senantiasa terus bergerak di dalam melintasi zaman. Seperti juga harapan para
penyajak senyawa Kata Kita, semoga buku ini menjadi awal kita menggali lebih
banyak makna kehidupan yang tersirat maupun tersurat dan mampu mengungkapkan
“the ultimate reality” sesuai titah sesepuh kita, Dimas Ariak Mihardja, sebab
hidup adalah pengabdian.
Akhir kata, saya
ucapkan terima kasih kepada Titah Pena Hamba yang telah menjadi wadah
penyajak-penyajak muda untuk berkarya. Salam santun saya kepada Mas Hadi Napster
selaku creator TPH, dan teruntuk penggagas SKK yaitu Bapak Ersis warmansyah
Abbas semoga tak bosan menebar virus menulisnya, juga kepada semua sahabat di
TPH, yang semoga adanya Senyawa Kata Kita dapat menjadi perekat persaudaraan
kita.
Ini lah 126 puisi beserta nama penyair yang
terdapat dalam Buku Antologi Puisi "SENYAWA KATA KITA"
- Rindu Takbir (Abdul Malik)
- Saat Terindah (Abdul Malik)
- Bungkam (Ade Afiat)
- Untuk Esok Pagi (Ade Afiat)
- Onak (Ade Batari)
- Tembok (Ade Batari)
- Keluh? Huh! (Ahmad Filosofia)
- Setiap Hari Adalah (Ahmad Filosofia)
- Pada Tanah Kelahiran (Alfikry Ilmi)
- Delusi (Ali Mukhsin)
- Kabut Hati (Ali Mukhsin)
- Repihan Hati (Ali Mukhsin)
- Ciuman Pertama (Amin Nuansa Reftil)
- Dua Garis Nasib (Amin Nuansa Reftil)
- Entah (Amin Nuansa Reftil)
- Imperium Cinta (Amin Nuansa Reftil)
- Pada Lilin Pertama Kita (Amin Nuansa Reftil)
- Pada Rahim Ibumu (Andi Tendriola)
- Tentang Jarak dan Waktu (Andi Tendriola)
- Ciuman Terakhir (Anwari WMK)
- Tawa dan Candamu (Anwari WMK)
- Misteri Yang Bersahaja (Asral Sahara)
- Sajak Melankolik (Asral Sahara)
- Elegi Cinta Semusim (Astry)
- Lelaki Belati (Astry)
- Wajahku di Kolong Langit (Asyari Muhammad)
- Koi (Boedi Ismanto)
- Kepada Kembara (Dalasari Pera)
- Surat Kabar (Dalasari Pera)
- Usai Percintaanku (Deri Hudaya)
- Yang Bernama Sepuluh Bunga (Deri Hudaya)
- Lukai Tubuhku, Jangan Hatiku (Dewi Restunawati)
- Titian Kalbu (Dewi Restunawati)
- Jasadku dan Kaki Langit (Didi PS.)
- Derap Rindu (Dien Makmoer)
- Kursi Pengadilan (Dien Makmoer)
- Hutan Jati (Dissa Thami Putri)
- Kemarin (Dissa Thami Putri)
- Cinta 69 (Dwee WieLee)
- MerinduMu (Dwee WieLee)
- Prasasti Rindu (Dwi Ayu Prahandini)
- Bingkisan di Ujung Senja (Eka Watiningsih)
- Kelam Tak Segaris Bulan (Eni Meiniar Gito)
- Akasara Mati (Ezzyla Fi)
- Dendam Terindah (Ezzyla Fi)
- Amuk (Fauzi Nurbain)
- Syukur (Fauzi Nurbain)
- Ta’ziah (Firman Hidayat)
- Ratapan Dini Hari (Firman Maulana)
- Syair Bintang Untuk Rembulan (Firman Maulana)
- Pijak Resah (Galih)
- Entah (Gito Tias)
- Epigram Dalam Renungan (Hadi Abdul Hamid)
- Gatra Murakab (Hadi Abdul Hamid)
- Hikayat Kita dan Cinta (Hadi Abdul Hamid)
- Kontradiksi Era (Hadi Abdul Hamid)
- Paradoks Sastra (Hadi Abdul Hamid)
- Nyanyian Lilin (Hanna Yohana)
- Bila Patah Tak Tumbuh, Hilang Bukan Ganti (Hj. S. Bariah)
- Suluhan Jiwa (Hj. S. Bariah)
- Aku Ingin (Ibnu Din Assingkiri)
- Stasiun Sepi (Ibnu Din Assingkiri)
- Walau Tuan Berlaku Curang (Ibnu Din Assingkiri)
- Aroma Tanah Basah dan Saat Jiwa Mulai Menembang (Imron Tohari)
- Ohai! (Imron Tohari)
- Pernikahan di Bingkai Sajak (Imron Tohari)
- Cerita Anak Kampung (Irwanto HPD)
- Rerumput Kata (Irwanto HPD)
- Kita (Lingsir Wengi Guntono)
- Migren (Lingsir Wengi Guntono)
- Sesal (M. Nur Chamim)
- Tanpa Makna (M. Nur Chamim)
- Andai (Mahendra PW)
- Ini Bukan Rindu (Meli Imel)
- Saja Kau Saja (Meli Imel)
- Sebelum Ajal Mengetuk Manja (Moh. Ghufron Cholid)
- Yang Tersisa Hanya Pencipta (Moh. Ghufron Cholid)
- Hakikat Kelahiran (Muhammad Maulana Rumi)
- Sujud (Nadzme Bali)
- Sajak Malam (Neogi Arur)
- Teori (Neogi Arur)
- Rinduku (Nikky Mas Yadi)
- Pentas Masa (Noer Komari)
- Kenangan Bulan Ketiga (Nur Ridwan Shidiq)
- Ridict I (Nurani Soyomukti)
- TitahMu (Pepen Dianto)
- Di Rimba Penantian (Pidri Syaikhal)
- Jejak Pagi (Pidri Syaikhal)
- Elegi (Prasetyo Gunawan)
- Hening (Prasetyo Gunawan)
- Kepadamu (Prasetyo Gunawan)
- Mari Mencumbu Rindu (Prasetyo Gunawan)
- Puisi Perlu Kesederhanaan (Prasetyo Gunawan)
- Buat Apa (Puja Sutrisna)
- Menggenggam Matahari (Puja Sutrisna)
- Surga Itu Mudah? (Puja Sutrisna)
- Dunia (R. Hadi Isdi Hartana)
- Penjagal Malam (R. Hadi Isdi Hartana)
- Ada Hujan Lebat di Matamu (Renny Sendra Wahyuni)
- Catatan Malam (Renny Sendra Wahyuni)
- Harapan di Hatiku (Renny Sendra Wahyuni)
- Rakyat Istimewa (Renny Sendra Wahyuni)
- Tidur di Basah Aspal (Renny Sendra Wahyuni)
- Aku Titipkan Kekasihku (Restu Putri Astuti)
- Cermin Retak (Restu Putri Astuti)
- Audrey (Romyan Fauzan)
- Danau Itu Muram (Romyan Fauzan)
- Ronta Petani (Romyan Fauzan)
- Gerimis Pagi (Saidati Najia)
- Tragedi Subuh (Saidati Najia)
- Azure (Soei Rusli)
- Malam Ini (Soei Rusli)
- Pengelana (Supartini Apriawati)
- Aku Adalah Malam (Syahrial Mandeliang)
- Nanti (Tuditea Masditok)
- Terasing (Ungke)
- Wassalam (Ungke)
- Janji Adalah Keramat (Yandri Yadi Yansah)
- Kau (Yandri Yadi Yansah)
- Nilam (Yandri Yadi Yansah)
- Rusak (Yandri Yadi Yansah)
- Tergugah (Yandri Yadi Yansah)
- Aroma Dusta (Zuhrotul Makrifah)
- Dentang Jam Kedua (Zuhrotul Makrifah)
- Hujan Tengah Malam (Zup Dompas)
- Tanda Manusia (Zup Dompas)
Salam Sasta
Bumi Serentak Bak
Regam, 5 April 2012
Ade Batari