Label

Minggu, 07 Oktober 2012

Ketika Senyawa Kata Kita Bicara


Ketika Senyawa Kata Kita Bicara

Salam Sastra

Sebagai orang yang baru menapaki dunia kepenyairan, tentu luar biasa rasanya ketika ajakan dari founder Titah Pena Hamba dan niat mulia dari Ersis Warmansyah Abbas untuk membukukan karya-karya penggiat sastra di TPH, dan tak dipungkiri pula ada karya saya terdaftar di dalamnya. Saya sungguh sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para penggagas tanpa terkecuali, karena dari merekalah lahir benih pergumulan kita di TPH yaitu Senyawa Kata Kita.

Senyawa Kata Kita merupakan sebuah nyawa yang di dalamnya hidup janin mulia dari para penggiat sastra agar karya-karya sastra tumbuh dengan suburnya. Di dalamnya pula ada celoteh-celoteh aneh seperti yang disampaikan Ersis Warmansyah Abbas, karya yang polos, jujur, dan apa adanya. Saya pun mengakui keberadaan puisi saya sebagai wujud kepolosan tersebut, khas anak usia dini yang ingin bercerita tentang dunianya sendiri.

Tumbuhnya SKK di tengah-tengah kita merupakan wujud kecintaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kepada sesama makhluk Tuhan yang saling mencinta, bercinta, dan menebar cinta. Seperti yang disampaikan Abdul Malik “Cinta melahirkan syair dari rimbun makna setia”. Namun, selayaknya kehidupan, SKK pun mengalami pergolakan yang telah pula ditulis Alfikri Ilmi “Izinkan aku menempuh ribuan kilo jauh dari pandanganmu, izinkan aku menjadi lelaki”. Tak sampai di situ saja,  “Seorang bocah tidur di basah aspal, mimpi yang tak kunjung ia kenal, terjungkal terpental, kehidupan kian banal” Renny Sendra Wahyuni pun berhasil menyuarakan kegelisahannya akan kehidupan. Ah, lengkap rupanya persenyawaan kita di dalam SKK. “Bolehlah berdebat, membusungkan dada menghela belati, mengendus aroma kopi di pelataran nikmat, mengarungi kefanaan ke keabadian, persenyawaan kita dalam kalam-Nya” begitulah makna sebuah perjalanan Senyawa Kata Kita yang saya culik dari “Mengharungi Tanda-TandaNya” karya Ersis Warmansyah Abbas.  Kekompleksitasan yang menaungi buah pikir para penggiat sastra ini lah yang rupanya menjadikan Senyawa Kata kita sebagai sebuah pencerminan diri akan realitas kehidupan. Kehidupan yang di dalamnya ada, kegelisahan, kepedihan, kasih sayang, harapan, dan lain sebagainya.

Saya pun sepakat kepada Puja Sutrisna bahwa penyair, siapa pun itu adalah pelita hati nurani zaman yang senantiasa terus bergerak di dalam melintasi zaman. Seperti juga harapan para penyajak senyawa Kata Kita, semoga buku ini menjadi awal kita menggali lebih banyak makna kehidupan yang tersirat maupun tersurat dan mampu mengungkapkan “the ultimate reality” sesuai titah sesepuh kita, Dimas Ariak Mihardja, sebab hidup adalah pengabdian.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada Titah Pena Hamba yang telah menjadi wadah penyajak-penyajak muda untuk berkarya. Salam santun saya kepada Mas Hadi Napster selaku creator TPH, dan teruntuk penggagas SKK yaitu Bapak Ersis warmansyah Abbas semoga tak bosan menebar virus menulisnya, juga kepada semua sahabat di TPH, yang semoga adanya Senyawa Kata Kita dapat menjadi perekat persaudaraan kita.  

Ini lah 126 puisi beserta nama penyair yang terdapat dalam Buku Antologi Puisi "SENYAWA KATA KITA"
- Rindu Takbir (Abdul Malik)
- Saat Terindah (Abdul Malik)
- Bungkam (Ade Afiat)
- Untuk Esok Pagi (Ade Afiat)
- Onak (Ade Batari)
- Tembok (Ade Batari)
- Keluh? Huh! (Ahmad Filosofia)
- Setiap Hari Adalah (Ahmad Filosofia)
- Pada Tanah Kelahiran (Alfikry Ilmi)
- Delusi (Ali Mukhsin)
- Kabut Hati (Ali Mukhsin)
- Repihan Hati (Ali Mukhsin)
- Ciuman Pertama (Amin Nuansa Reftil)
- Dua Garis Nasib (Amin Nuansa Reftil)
- Entah (Amin Nuansa Reftil)
- Imperium Cinta (Amin Nuansa Reftil)
- Pada Lilin Pertama Kita (Amin Nuansa Reftil)
- Pada Rahim Ibumu (Andi Tendriola)
- Tentang Jarak dan Waktu (Andi Tendriola)
- Ciuman Terakhir (Anwari WMK)
- Tawa dan Candamu (Anwari WMK)
- Misteri Yang Bersahaja (Asral Sahara)
- Sajak Melankolik (Asral Sahara)
- Elegi Cinta Semusim (Astry)
- Lelaki Belati (Astry)
- Wajahku di Kolong Langit (Asyari Muhammad)
- Koi (Boedi Ismanto)
- Kepada Kembara (Dalasari Pera)
- Surat Kabar (Dalasari Pera)
- Usai Percintaanku (Deri Hudaya)
- Yang Bernama Sepuluh Bunga (Deri Hudaya)
- Lukai Tubuhku, Jangan Hatiku (Dewi Restunawati)
- Titian Kalbu (Dewi Restunawati)
- Jasadku dan Kaki Langit (Didi PS.)
- Derap Rindu (Dien Makmoer)
- Kursi Pengadilan (Dien Makmoer)
- Hutan Jati (Dissa Thami Putri)
- Kemarin (Dissa Thami Putri)
- Cinta 69 (Dwee WieLee)
- MerinduMu (Dwee WieLee)
- Prasasti Rindu (Dwi Ayu Prahandini)
- Bingkisan di Ujung Senja (Eka Watiningsih)
- Kelam Tak Segaris Bulan (Eni Meiniar Gito)
- Akasara Mati (Ezzyla Fi)
- Dendam Terindah (Ezzyla Fi)
- Amuk (Fauzi Nurbain)
- Syukur (Fauzi Nurbain)
- Ta’ziah (Firman Hidayat)
- Ratapan Dini Hari (Firman Maulana)
- Syair Bintang Untuk Rembulan (Firman Maulana)
- Pijak Resah (Galih)
- Entah (Gito Tias)
- Epigram Dalam Renungan (Hadi Abdul Hamid)
- Gatra Murakab (Hadi Abdul Hamid)
- Hikayat Kita dan Cinta (Hadi Abdul Hamid)
- Kontradiksi Era (Hadi Abdul Hamid)
- Paradoks Sastra (Hadi Abdul Hamid)
- Nyanyian Lilin (Hanna Yohana)
- Bila Patah Tak Tumbuh, Hilang Bukan Ganti (Hj. S. Bariah)
- Suluhan Jiwa (Hj. S. Bariah)
- Aku Ingin (Ibnu Din Assingkiri)
- Stasiun Sepi (Ibnu Din Assingkiri)
- Walau Tuan Berlaku Curang (Ibnu Din Assingkiri)
- Aroma Tanah Basah dan Saat Jiwa Mulai Menembang (Imron Tohari)
- Ohai! (Imron Tohari)
- Pernikahan di Bingkai Sajak (Imron Tohari)
- Cerita Anak Kampung (Irwanto HPD)
- Rerumput Kata (Irwanto HPD)
- Kita (Lingsir Wengi Guntono)
- Migren (Lingsir Wengi Guntono)
- Sesal (M. Nur Chamim)
- Tanpa Makna (M. Nur Chamim)
- Andai (Mahendra PW)
- Ini Bukan Rindu (Meli Imel)
- Saja Kau Saja (Meli Imel)
- Sebelum Ajal Mengetuk Manja (Moh. Ghufron Cholid)
- Yang Tersisa Hanya Pencipta (Moh. Ghufron Cholid)
- Hakikat Kelahiran (Muhammad Maulana Rumi)
- Sujud (Nadzme Bali)
- Sajak Malam (Neogi Arur)
- Teori (Neogi Arur)
- Rinduku (Nikky Mas Yadi)
- Pentas Masa (Noer Komari)
- Kenangan Bulan Ketiga (Nur Ridwan Shidiq)
- Ridict I (Nurani Soyomukti)
- TitahMu (Pepen Dianto)
- Di Rimba Penantian (Pidri Syaikhal)
- Jejak Pagi (Pidri Syaikhal)
- Elegi (Prasetyo Gunawan)
- Hening (Prasetyo Gunawan)
- Kepadamu (Prasetyo Gunawan)
- Mari Mencumbu Rindu (Prasetyo Gunawan)
- Puisi Perlu Kesederhanaan (Prasetyo Gunawan)
- Buat Apa (Puja Sutrisna)
- Menggenggam Matahari (Puja Sutrisna)
- Surga Itu Mudah? (Puja Sutrisna)
- Dunia (R. Hadi Isdi Hartana)
- Penjagal Malam (R. Hadi Isdi Hartana)
- Ada Hujan Lebat di Matamu (Renny Sendra Wahyuni)
- Catatan Malam (Renny Sendra Wahyuni)
- Harapan di Hatiku (Renny Sendra Wahyuni)
- Rakyat Istimewa (Renny Sendra Wahyuni)
- Tidur di Basah Aspal (Renny Sendra Wahyuni)
- Aku Titipkan Kekasihku (Restu Putri Astuti)
- Cermin Retak (Restu Putri Astuti)
- Audrey (Romyan Fauzan)
- Danau Itu Muram (Romyan Fauzan)
- Ronta Petani (Romyan Fauzan)
- Gerimis Pagi (Saidati Najia)
- Tragedi Subuh (Saidati Najia)
- Azure (Soei Rusli)
- Malam Ini (Soei Rusli)
- Pengelana (Supartini Apriawati)
- Aku Adalah Malam (Syahrial Mandeliang)
- Nanti (Tuditea Masditok)
- Terasing (Ungke)
- Wassalam (Ungke)
- Janji Adalah Keramat (Yandri Yadi Yansah)
- Kau (Yandri Yadi Yansah)
- Nilam (Yandri Yadi Yansah)
- Rusak (Yandri Yadi Yansah)
- Tergugah (Yandri Yadi Yansah)
- Aroma Dusta (Zuhrotul Makrifah)
- Dentang Jam Kedua (Zuhrotul Makrifah)
- Hujan Tengah Malam (Zup Dompas)
- Tanda Manusia (Zup Dompas)

Salam Sasta
Bumi Serentak Bak Regam, 5 April 2012


Ade Batari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar