Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Oleh: Ade Apriati S.Pd
Pola
asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif
konsistensi dari waktu ke waktu. Dalam lingkungan anak, orang tua merupakan pendidik yang paling
utama, guru serta teman sebaya yang merupakan lingkungan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hurlock yang mengungkapkan bahwa “Orang yang paling penting bagi anak
adalah orang tua, guru dan teman sebaya dari merekalah anak mengenal sesuatu
yang baik dan tidak baik. Pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh pada
perkembangan pribadi dan sosial anak. Kebutuhan yang diberikan melalui pola
asuh, akan memberikan dampak bagi keseharian anak.
Menurut Massofa
(2011) “Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam mendidik anak-anak
mereka. Ada juga yang mengartikan pola asuh sebagai sikap orang tua terhadap
anaknya”.
Berdasar pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orangtua adalah suatu cara yang digunakan oleh
orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.
Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola
asuh tertentu. Menurut dr. Baumrind (Sarjanaku.com), terdapat 3 macam pola asuh
orang tua, yaitu demokratis, otoriter dan permisif.
a.
Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua
dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio
atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan
suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
b. Otoriter
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya,
kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini
cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan
apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan
menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam
berkomunikasi biasanya bersifat satu arah.
c.
Permisif
Pola
asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur/memperingatkan
anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. Perlakuan seperti
ini hanya tidak ingin terjadi konflik dengan anaknya.
Karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola
asuh orang tua dalam Rina (2006), yaitu:
1.
Pola asuh demokratis akan menghasikan karakteristik
anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan
koperatif terhadap orang-orang lain.
2.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak
yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
3.
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik
anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau
menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Syarat
Pola Asuh Efektif
Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya
anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola
asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Berikut hal-hal yang
dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif dalam Theresia S. Indira (2008):
a.
Pola Asuh harus dinamis
Pola
asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari
pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya,kemampuan berfikir balita masih
sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag tidak bertele-tele dan
bahasa yang mudah dimengerti.
b.
Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
anak
Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak yang berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.
Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak yang berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi.
c.
Ayah ibu mesti kompak Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan
pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya “berkompromi”
dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan tidak.
d.
Pola asuh mesti disertai perilaku positif dari orang
tua
Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.
Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami.
e.
Komunikasi efektif, Syarat untuk berkomunkasi efektif
sederhana yaitu luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak.
Jadilah pendengar yang baik dan jangan meremehkan pendapat anak. Dalam setiap
diskusi, orang tua dapat memberikan saran, masukan atau meluruskan pendapat
anak yang keliru sehingga anak lebih terarah.
f.
Disiplin, Penerapan disiplin juga menjadi bagian
pola asuh, mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misal, membereskan kamar
sebelum berangkat sekolah anak juga perlu diajarkan membuat jadwal harian
sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan
disiplin mesti fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak.
g.
Orang tua konsisten, Orang tua juga bisa menerapkan
konsistensi sikap, misalnya anak tidak boleh minum air dingin kalau sedang
terserang batuk, tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari
situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu, sebaliknya orang tua
juga harus konsisten, jangan sampai lain kata dengan perbuatan.
Faktor Utama yang Mempengaruhi Pola Asuh
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua menurut Hurlock, E,B (2002) yaitu:
a.
Budaya
Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka.
Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka.
b.
Pendidikan Orang Tua
Orang tua yang memiliki pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh
anak, maka akan mengerti kebutuhan anak.
c.
Status Sosial Ekonomi
Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih
permessif dalam mengasuh anak