<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-4626757053219249" crossorigin="anonymous"></script>
Strategi Pembelajaran Creatif Problem Solving
Oleh: Ade Apriati S.Pd
Sebagai pihak pendidik, tugas guru adalah sebagai
fasilitator, motivator, dan dinamisator belajar, baik secara individual maupun
kelompok. Untuk mewujudkan peranan guru tersebut perlunya upaya konkrit untuk
memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. Pemikiran ini mengarah pada
perlunya penerapan strategi pembelajaran yang memberi kesempatan luas kepada
para siswa untuk berlatif secara kreatif dan belajar secara mandiri, serta
mampu melibatkan partisipasi siswa secara optimal dalam proses pembelajaran.
Strategi
itu sendiri secara umum adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha mencapi sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak
didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.
Strategi
pembelajaran menurut Reigeluth (1983) dalam Wena (2009: 5) menyatakan bahwa “strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda”.
Menurut
Sulistyono (2003) dalam Trianto (2007: 85-86), mendefinisikan bahwa “strategi belajar
sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mempermudah,
mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih
efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru”.
Strategi
pembelajaran itu menurut Costa (1985) dalam Trianto (2007:129) “merupakan pola
kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan
diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan”.
Suryosubroto (2009:191)
berpendapat tentang strategi pembelajaran creative
problem solving.
Strategi pembelajaran creative problem solving itu sendiri
adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah secara
kreatif. Di mana, kreativitas itu merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk
ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada yang relative berbeda dengan apa yang telah ada.
Berkenaan dengan strategi
pembelajaran creatif problem solving,
menurut Sujarwo (2006) dalam Suryosubroto (2009:189) bahwa
pemasalahan-permasalahan atau hambatan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran dapat disebabkan oleh berbagai komponen.
Komponen-komponen
pembelajaran tersebut adalah kemampuan pendidik dalam pengajaran (pendidik),
pihak yang diberi materi pembelajaran (peserta didik), bahan yang diajarkan
(bahan ajar), proses pembelajaran (strategi, metode, tekhnik mengajar), sarana
dan prasarana belajar, serta system evaluasi yang diterapkan. Masing-masing
komponen tersebut saling mempengaruhi dalam upaya pencapaian tujuan
pembelajaran.
Creative problem solving
ditandai dengan adanya kreativitas yang menjadi kemampuan dasarnya. Menurut
Guilford dalam Suryosubroto (2009: 198) kemampuan kreatif dapat dicerminkan
melalui lima macam prilaku, yaitu:
1.
Fluency, kelancaran atau kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan.
2.
Fleksibility, kemampuan menggunakan
bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan.
3.
Originality, kemampuan mencetuskan
gagasan-gagasan asli.
4.
Elaboration, kemampuan menyatakan gagasan
secara terperinci.
5. Sensitivity,
kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai tanggapan terhadap suatu
situasi.
Parmes dan Mulyoto (2005) dalam Suryosubroto (2009: 200) mengemukakan
langkah-langkah Creatif Problem Solving
bila diterapkan dalam pembelajaran adalah:
1.
Penemuan gagasan, Penemuan fakta,
2.
Penemuan masalah, berdasarkan fakta-fakta
yang telah dihimpun, ditentukan masalah/pertanyaan kreatif untuk dipecahkan,
3.
menjaring sebanyak mungkin alternative
jawaban untuk memecahkan masalah,
4.
Penemuan jawaban, penentuan tolak ukur atas
kriteria pengujian jawaban, sehingga ditentukan jawaban yang diharapkan,
5.
Penentuan penerimaan, diketemukan kebaikan
dan kelemahan gagasan, kemudian menyimpulkan dari masing-masing masalah yang
dibahas.
Secara operasional langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan strategi creative problem solving menurut Suryosuboroto (2009: 200) adalah:
1.
Membentuk kelompok 4-5 orang,
2.
Menjelaskan prosedur pembelajaran (petunjuk
kegiatan),
3.
Pendidik menyajikan situasi problematic dan
menjelaskan prosedur solusi kreatif kepada peserta didik,
4.
Pengumpulan data dan verifikasi mengenai
suatu peristiwa yang dilihat dan dialami,
5.
Eksperimentasi alternative pemecahan masalah,
6.
Memformulasikan penjelasan dan menganalisis
proses solusi dan kreatif (melalui diskusi).
Media
yang digunakan dalam menerapkan strategi creative
problem solving sangat beragam “bisa alat/barang/benda, manusia,
lingkungan, kondisi masyarakat, atau bentuk media lain yang dapat membantu
kelancaran proses pembelajaran” (Suryosubroto, 2009: 202).
Dalam Suryosubroto (2009:202) kegunaan penilaian yang
dilakukan dalam strategi creative problem
solving dilakukan yaitu:
Untuk
menghimpun, mengolah, dan menyajikan data tau informasi yang dapat digunakan
sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. Bentuk keikutsertaan peserta didik
dalam penilaian dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan
memberikan tanggapan secara tertulis dan lisan mengenai permasalahan yang
diajukan, selama mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan creative
problem solving (metode penugasan, diskusi, tanya jawab, pengamatan, dan
penyusunan laporan).
Beberapa
kelebihan dari penerapan strategi creative problem solving yaitu:
1.
Meningkatkan kreativitas siswa.
2.
Adanya interaksi aktif antara guru dan siswa
3.
Menuntun siswa untuk dapat berfikir kreatif
dan kritis.
Selain memiliki kelebihan, strategi ceatif problem
solving juga memiliki sisi kelemahan, diantaranya:
1.
Guru mengalami kebingungan melaksanakan
strategi creative problem solving dalam pembelajaran karena banyaknya metode
yang juga digunakan.
2.
Jika kurang cermat, maka guru akan mengalami
kesulitan memantau kreativitas tiap
siswa dalam kelompok.
3.
Pemecahan masalah dalam kreativitas sulit
dibedakan karena keduanya menuntut hasil yang baru.
Terimkasih sangat membantu,,,
BalasHapusMohon maaf apa judul bukunya:Suryosubroto ?
Terimkasih
judul bukunya proses belajar mengajar di sekolah:Drs. B. Suryosubroto
BalasHapusTerima kasih telah berkunjung
BalasHapus