Label

Senin, 23 Januari 2012

Rona Batang Hari


"RONA BATANG HARI"
Oleh: Ade Batari


Senja bermuram durja. Siluetnya ranum bagai bidadari kehilangan selendang. Begitupun orang-orang di seputaran sungai Batang Hari. Agaknya mereka lebih suka bermenung ria di depan rumah mereka masing-masing, melepas penat setelah seharian bekerja. Anak-anak bermain dengan cerianya, sepanjang petang yang tengah membuka pintu malam. Suara lantunan ayat suci al-Quran terdengar nyaring dari Masjid dan Langgar, pertanda adzan Maghrib sebentar lagi akan dikumandangkan.
“Seorang wanita kesurupan.” Kata-kata itu memecah ketenangan, lambat laun laris manis terdengar. Diperbincangkan sebagai berita utama. Baik disampaikan dengan bisik-bisik atau pun leluasa.
“Ia kerasukan Hantu Aek,” salah seorang mengatakan demikian, menambah panik warga sekitar. Para ibu bergegas merangkul anak-anak mereka, masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat.
“Tadi sore Adik saya mandi di laut sepulangnya dari berjualan di pasar, tidak hanya mandi ia juga mencuci piring padahal sedang adzan, tapi ia tidak mengindahkan.” Kulub menjelaskan pada beberapa orang warga yang menjenguk adiknya selepas Maghrib.
Perempuan itu menangis, ketawa, lalu menangis. Sesekali ia melolong bagai srigala, memekik mengerikan. Semakin kuat pekikannya semakin kuat pula para remaja melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Para tokoh desa tidak bisa berbuat banyak berhubung dukun yang ahli kesurupan Hantu Aek tinggalnya jauh di seberang, jadinya hanya diobati oleh seorang warga yang disepuhkan.
Rupanya ratu Hantu Aek semakin garang, ia tidak hanya berteriak, menangis dan tertawa tetapi juga mengamuk minta dilepaskan. Sekua-kuatnya tangan lelaki menahan, sekuat itu pula tenaga gadis yang dirasuki Hantu Aek itu meronta. Keringat bercucuran dari para lelaki yang kehilangan cara menenangkan Hantu Aek. Para remaja tidak bisa berbuat banyak. Mereka sesekali berbisik lalu sibuk lagi mengaji sampai malam semakin kelam, hingga satu-persatu dari mereka berangsur pulang.
Dukun dari seberang berhasil didatangkan, secepatnya ia menginjakkan kaki ke rumah panggung yang kini ramai ditunggui para lelaki. Beberapa mantera ia bacakan dan berdialog dengan Hantu Aek. Jempolnya ia tekankan kuat-kuat ke sela antara jari telunjuk dan ibu jari tangan, juga ibu jari kaki gadis yang kesurupan itu, si gadis pun tergolek lemah lalu tertidur.
Selama dua hari rumah mereka didatangi para tetangga yang bersedia bergantian menunggui si gadis. Bila malam tiba acara ronda pun semakin ramai. Berdasarkan kesaksian sang dukun, Hantu Aek marah kepada si gadis karena telah membutakan mata anaknya, akibat terkena siraman air cabe dari piring si gadis. Hantu Aek ingin menuntut balas dan akan membawa si gadis ke tempatnya. Nyawa di balas nyawa itulah prinsip Hantu Aek yang disebutkan oleh orang-orang pinggiran sungai.
Malam berikutnya si gadis kembali meronta, lengkingan suaranya lebih kuat dari malam kemarin. Para remaja tidak ada yang berani datang untuk mengaji. Mereka lebih memilih duduk di rumah dan mendengar cerita dari tetangga.
Terjadi perbincangan sengit antara si Hantu Aek dengan sang dukun, tidak ada yang tahu pasti isi perbincangan tersebut karena mereka hanya berdua dan menggunakan bahasa yang sulit dimengerti. Bukan bahasa Melayu Jambi. Kata sepakat pun didapat antara dukun dan Hantu Aek, membuat ia benar-benar pergi dari tubuh si gadis.
Hari-hari dijalani seperti biasa oleh warga seputaran sungai Batang Hari, tidak lagi terdengar ada yang kesurupan. Semua orang memilih lebih berhati-hati untuk tidak melakukan aktifitas ketika senja, berhubung Hantu Aek keluar dari persembunyiannya ketika matahari tengah melepas cahaya jingganya. Mereka memilih mandi lebih awal dan berombongan.
Berhubung air PAM belum masuk ke rumah-rumah warga, satu-satunya yang menjadi sumber kehidupan adalah sungai Batang Hari, yang luasnya membentang sepanjang 800 KM itu. Air Batang Hari tampak jernih, beberapa batu karang terhampar di sisi-sisinya, tepiannya dipenuhi pasir dan kerikil. Sungai ini adalah sungai satu-satunya kebanggan rakyat Jambi dan merupakan mata air utama bagi penduduk. Tak heran banyak jamban dibangun di tepian untuk MCK warga.
Ketenangan itu rupanya tidak berangsur lama. Lagi-lagi orang membicarakan Hantu Aek.
“Anak Pak Bedul hilang setelah mandi di sungai tadi siang,” kata salah seorang warga setempat memberi informasi kepada warga yang lain.
Berbondong-bondonglah orang-orang berdatangan ke bawah Jembatan Gantung. Jembatan satu-satunya yang ada di kabupaten Batanghari untuk melihat kejadian. Di kampung ini belum mengenal adanya Tim SAR jadi pencarian dilakukan secara manual dengan berenang. Ada beberapa orang yang terjun ke sungai mengaduk-aduk sungai dan berenang ke sana kemari mencari si korban. Terlihat keluarga si anak tengah menangis sembari menunggu dengan penuh harap.
“Sepertinya anak pak Bedul itu disukai oleh Hantu Aek makanya ia mengambil dan membawanya ke istana Hantu Aek, mayatnya saja tidak diketemukan, kasihan anak itu masih terlalu muda.” Kisah seorang warga.
Pencarian dilanjutkan lagi ke esok harinya, alhasil pencarian berhasil. Anak itu terbujur kaku ditemukan menyangkut di bawah jerambah tempat ia mandi. Isak tangis terdengar dari keluarga si anak.
Menurut kepercayaan, orang yang meninggal di sungai, apa lagi karena ditangkap oleh Hantu Aek maka ia mesti dikubur di Makam Keramat. Makam tersebut cukup jauh dari perkampungan, berada di tengah hutan. Untuk menempuhnya mesti berjalan kaki menyusuri kebun sawit, kebun salak dan kebun karet, juga semak belukar.
Konon penghuni pertama kuburan ini dihanyutkan menggunakan perahu dari negeri antah berantah dan diketemukan warga ketika mayatnya menyangkut di seputaran sungai dekat tempat kuburan itu dibuat. Tubuh orang tersebut sangat tinggi melebihi tinggi orang kebanyakan. Selang beberapa lama dikuburkan, batu nisan kuburannya yang dahulunya kayu berubah menjadi batu, keras dan licin serta berlumut sepintas masih mirip kayu. Makanya ia dikeramatkan dan dinamai sebagai Si Keramat oleh warga sekitar. Banyak orang-orang datang ke sana mengambil lumutnya karena dipercaya air lumut batu nisan Si Keramat dapat membuat anak pintar. Dan tidak jarang pula para lelaki ke sana bertapa meminta nomor togel supaya menang taruhan.
Malam setelah si bocah dikuburkan, dukun didatangkan untuk menolong warga dari mara bahaya Hantu Aek dan meminta dukun membacakan doa Tolak Bala. Pas tengah malam dukun dan sesepuh warga menggelar ritual, membawa ayam hitam, kemenyan, sabut enau, dan perlengkapan ritual lainnya. Darah ayam hitam ditabur di sekitar rumah Hantu Aek yaitu di dekat lubang sisi kanan Jembatan Gantung yang sudah tidak digunakan lagi. Kemudian sabut enau diikatkan dengan karung menggunakan tali di bawah Jembatan. Cara itu dipercaya bisa mengusir Hantu Aek agar tidak lagi mengganggu warga seputaran Jembatan Gantung
Mitos tentang Hantu Aek berangsur-angsur mulai hilang, seiring dengan perkembangan zaman.

NB:
> HANTU AEK = HANTU AIR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar