Label

Senin, 23 Januari 2012

Semalam Di Berhalo


SEMALAM DI BERHALO

Setiap waktu kueja namamu, begitu birahi terlafal fasih dari bibirku. Inikah rasanya jatuh cinta? Baru kutahu ternyata cinta memang absurd. Hanya mendengar cerita tentangmu aku menjadi rindu, rindu yang bertalu tanpa ragu dan malu. Kuteriakkan namamu di singgasana hati. Kutanya tentangmu kepada siapa saja yang kutemui. Aku merasa akan gila jika tak segera bertemu denganmu. Cintaku, rinduku kuagungkan hanya kepada_Nya Sang pemilik cinta. Berharap doa-doaku dapat membuka pintu langit sehingga bisa bertemu dengan pujaan hatiku.
Sungguh, aku tak tahu di mana rimbamu, hatiku berdetak pertama kali menyebut namamu. Pulau berhalo. Ah, begitu magic. Selat Berhala menyimpanmu ke dalam tanyaku yang tak berkesudah. Benarkah aku sudah gila? Cinta dan rinduku kulabuhkan kepada sebuah pulau bukan lelaki? Tapi itu yang aku rasakan. Ingin berlari telanjang kaki di atas pasir putihnya, tidur di bawah terik, di hempaskan ombak-ombak yang bergulung di tepian. Berhalo namamu, mampu hadirkan keinginanku menjelajahi tiap lekuk dirimu.
Bersama untaian doa dan cinta yang kupunya, aku berhasil menggapainya, Pulau Berhalo. Aku percaya, Tuhan Maha Mendengar. Berbekal izin-Nya aku bisa melangkahkan kakiku di tanah Berhalo. Sebuah pulau kecil di tengah Samudera, antara Riau dan Jambi yang jadi daerah perebutan hingga kini.
Dengan cinta yang menggebu aku bisa menggapianya walau hujan, jalan yang hancur, penat dan letih dengan mengendarai kendaraan roda dua bersama tujuh orang rekanku yang juga perindu Berhalo, kami menempuh jarak dan melewati waktu. Menjelajah daerah dan mengarungi samudera.
Melihat tumpukan batu-batu yang besar, pasir putih, pohon kelapa yang berjejer di tepian, ombak, umang-umang, laut yang biru. Menambah kecintaanku pada-Nya, Tuhan semesta alam. Inilah cinta yang telah kugenggam di tanah Berhalo, cinta sebagai perindu ciptaan Tuhan, cinta sebagai makhluk yang rindu pada kasih sayang dan cahaya-Nya. Semalam di Berhalo mengajarkan eksistensi cinta yang sebenarnya kepadaku manusia yang latif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar